Sabtu, 07 April 2012

Pacaran itu Zina 1

Pacaran merupakan proses perkenalan antara dua insan manusia yang biasanya berada dalam rangkaian tahap pencarian kecocokan menuju kehidupan berkeluarga yang dikenal dengan pernikahan.[1] Pada kenyataannya, penerapan proses tersebut masih sangat jauh dari tujuan yang sebenarnya. Manusia yang belum cukup umur dan masih jauh dari kesiapan memenuhi persyaratan menuju pernikahan telah dengan nyata membiasakan tradisi yang semestinya tidak mereka lakukan. (http://id.wikipedia.org).

Dilingkungan muslim di Indonesia mungkin pacaran adalah hal yang biasa ditemui. Namun dibanyak lingkungan kadang ada yang beranggapan pacaran boleh-boleh saja. Tapi apakah ini adalah jalan sebuah solusi untuk mendekatkan dua insan ? Mari dengan kerendahan hati dan kerendahan diri dihadapan Allah SWT, kita sebagai muslim kita harus lebih menggunakan referensi kehidupan dengan Al Quran dan Hadis. Karena ada jalan lain dari jalan pacaran, apa itu? Menikah.

Lo kenapa Islam melarang ? 

'Ditetapkan atas anak Adam bagiannya dari zina, akan diperoleh hal itu, tidak bisa terhindarkan. Kedua mata itu berzina dan zinanya dengan memandang (yang haram). Kedua telinga itu berzina dan zinanya dengan mendengarkan (yang haram). Lisan itu berzina dan zinanya dengan berbicara (yang diharamkan). Tangan itu berzina dan zinanya dengan memegang. Kaki itu berzina dan zinanya dengan melangkah (kepada apa yang diharamkan). Sementara hati itu berkeinginan dan berangan-angan, sedangkan kemaluan yang membenarkan semua itu atau mendustakannya.' (HR. Muslim no. 2657).

Pada intinya Islam melarang pacaran. Karena jika 1 tahapan sudah dilakukan tetap saja dikatakan zina.  Maka sebagai umat Islam kita yang mengerti akan hadis tersebut memproteksi dari perzinaan. Maka daripada zina mending nikah sebagai jalan yang diridhai Allah SWT. Daripada jalan pacaran yang sudah jelas bertentangan dengan ajaran Islam.


Sedekah Ekstrim

Ada sebuah kisah didalam buku Saksikan bahwa Aku Seorang Muslim, karya Salim A.Fillah yang menggelitik namun memperanyakan tentang wujud syukur yang dilakukan kaum Yahudi. Apabila seorang muslim berpenghasilan, maka 2,5 persen harus dizakatkan. Namun tidak kalah hebatnya adalah orang Yahudi. Semua hartanya ia serahkan ke arah langit sambil berteriak,"Tuhan, inilah semua hartaku. Ambil darinya berapapun yang Kau mau. Sisanya yang tak Kau ambil akan jatuh ke bumi, dan hanya itulah bagianku!"

Saya terbengong-bengong bahkan kagum bahkan tak menyangka akan kaum Yahudi. Kaum yang melakukan pembangkangan mampu melakukan tindakan yang luar biasa akan kedermawanannya. Tapi saya tetap tidak mendukung kaum pembangkang ini. Yang patut saya ambil nilai postifnya adalah sebagai seorang muslim seharusnya lebih ekstrim lagi dalam menyedekahkan hartanya. Ya harus lebih ekstrim !

Dibidang teknologi dan pengetahuan mungkin kaum Yahudi terdepan dalam kemajuan peradabannya. Namun dalam keberanian dalam menyedekahkan hartanya tidaklah main-main ekstrimnya. Ini menjadi sebuah pertanyaan besar bagi diri kita yang muslim. Kita mengetahui didalam Hadis dan didalam Al-Quran menerangkan tentang banyaknya manfaat sedekah.

Mungkin kita tidak perlu panjang lebar menjelaskan manfaat sedekah. Namun sebagai muslim harus saling mengingatkan, bahwa sedekah yang dikeluarkan menjadi sebuah biaya kesembuhan, biaya untuk kesuksesan, biaya mendapatkan jodoh dan sebagainnya. Nah beda jauhkan? Orang Yahudi tidak diajarkan seeperti kita mau melakukan hal semacam itu. Jadi pada dasarnya kita tidak perlu ragu akan kekuasaan sedekah yang sudah dilakukan. Meskipun manfaatnya tidak nampak, namun percayalah ada pahala dan keberkahan yang melimpah bagi yang mau bersedekah. Ayo sedekah !

Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata bahwa seseorang telah bertanya kepada Nabi saw., “Ya Rasulullah, sedekah yang bagaimanakah yang paling besar pahalanya?” Rasulullah saw. bersabda, “Bersedekah pada waktu sehat, takut miskin, dan sedang berangan-angan menjadi orang yang kaya. Janganlah kamu memperlambatnya sehingga maut tiba, lalu kamu berkata, ‘Harta untuk Si Fulan sekian, dan untuk Si Fulan sekian, padahal harta itu telah menjadi milik Si Fulan (ahli waris).” (H.r. Bukhari, Muslim-Misykât).

Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah saw. bersabda, “Sedekah itu tidak akan mengurangi harta. Allah swt. akan menambah kemuliaan kepada hamba-Nya yang pemaaf. Dan bagi hamba yang tawadhu’ karena Allah swt., Allah swt. akan mengangkat (derajatnya). (Muslim; Misykât)